Selasa, 15 Juli 2008

BI Rate Naik menjadi 8,75%

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada hari ini, 3 Juli 2008, memutuskan untuk menaikkan BI Rate sebesar 25 bps menjadi 8,75%. Keputusan tersebut diambil setelah mencermati dan mempertimbangkan secara seksama risiko terhadap stabilitas perekonomian dan sistem keuangan Indonesia, serta prospek pertumbuhan ekonomi tahun ini dan tahun depan.

“Tekanan inflasi 2008 terutama bersumber dari dampak kenaikan harga BBM dan peningkatan harga bahan pangan. Namun Bank Indonesia juga melihat adanya peningkatan tekanan pada sisi permintaan, seiring dengan meningkatnya pertumbuhan kredit dan uang beredar yang tinggi sampai dengan triwulan II - 2008, dan indikasi kenaikan ekspektasi inflasi yang dapat menimbulkan kenaikan inflasi putaran kedua (second round effect). Oleh karena itu, Bank Indonesia memandang perlu menaikkan BI Rate untuk mencegah dampak lanjutan kenaikan BBM dan pangan kepada harga barang-barang lain. BI tetap akan menggunakan instrumen-instrumen kebijakan yang ada secara fleksibel dan terukur untuk menurunkan inflasi 2009 pada kisaran 6,5%-7,5%. Untuk tujuan itu, BI akan berkoordinasi secara intensif dengan Pemerintah. Untuk tahun 2008 ini, sampai dengan selesainya kegiatan Pemilu tahun 2009, pertumbuhan ekonomi Indonesia diprakirakan masih tetap baik, ditopang oleh pengeluaran konsumsi masyarakat dan pengeluaran Pemerintah yang tinggi, serta kinerja ekspor yang memadai", demikian disampaikan Gubernur Bank Indonesia, Boediono usai Rapat Dewan Gubernur.

Realisasi inflasi pada Juni 2008 secara tahunan tercatat sebesar 11,03%. Dengan perkembangan tersebut, inflasi Januari - Juni 2008 telah mencapai 7,37%, atau lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2007 yaitu 2,08%. Mempertimbangkan faktor risiko serta tekanan pada inflasi pada bulan-bulan ke depan, Bank Indonesia memperkirakan inflasi untuk keseluruhan tahun 2008 akan berada pada kisaran 11,5–12,5%. Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) diperkirakan tetap menunjukkan kinerja yang baik sehingga berdampak positif terhadap kestabilan nilai tukar. Cadangan devisa sampai dengan akhir Juni 2008 tercatat USD 59,5 milyar atau setara dengan 5,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah. Sementara itu, industri perbankan tetap menunjukkan kinerja dan ketahanan yang baik.

Bank Indonesia akan tetap mewaspadai kondisi perekonomian yang masih diwarnai oleh berbagai ketidakpastian. Dewan Gubernur BI berpendapat bahwa stance kebijakan moneter yang berhati-hati dan terukur perlu tetap dipertahankan. Kebijakan BI Rate akan didukung dengan kebijakan optimalisasi Open Market Operation dan kebijakan yang mendukung stabilisasi nilai tukar.

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 3 Juli 2008, memutuskan untuk menaikkan BI Rate sebesar 25 bps menjadi 8,75%. Keputusan tersebut diambil setelah mencermati dan mempertimbangkan secara seksama risiko terhadap stabilitas perekonomian dan sistem keuangan Indonesia, serta prospek pertumbuhan ekonomi tahun ini dan tahun depan.

“Tekanan inflasi 2008 terutama bersumber dari dampak kenaikan harga BBM dan peningkatan harga bahan pangan. Namun Bank Indonesia juga melihat adanya peningkatan tekanan pada sisi permintaan, seiring dengan meningkatnya pertumbuhan kredit dan uang beredar yang tinggi sampai dengan triwulan II - 2008, dan indikasi kenaikan ekspektasi inflasi yang dapat menimbulkan kenaikan inflasi putaran kedua (second round effect). Oleh karena itu, Bank Indonesia memandang perlu menaikkan BI Rate untuk mencegah dampak lanjutan kenaikan BBM dan pangan kepada harga barang-barang lain. BI tetap akan menggunakan instrumen-instrumen kebijakan yang ada secara fleksibel dan terukur untuk menurunkan inflasi 2009 pada kisaran 6,5%-7,5%. Untuk tujuan itu, BI akan berkoordinasi secara intensif dengan Pemerintah. Untuk tahun 2008 ini, sampai dengan selesainya kegiatan Pemilu tahun 2009, pertumbuhan ekonomi Indonesia diprakirakan masih tetap baik, ditopang oleh pengeluaran konsumsi masyarakat dan pengeluaran Pemerintah yang tinggi, serta kinerja ekspor yang memadai", demikian disampaikan Gubernur Bank Indonesia, Boediono usai Rapat Dewan Gubernur.

Realisasi inflasi pada Juni 2008 secara tahunan tercatat sebesar 11,03%. Dengan perkembangan tersebut, inflasi Januari - Juni 2008 telah mencapai 7,37%, atau lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2007 yaitu 2,08%. Mempertimbangkan faktor risiko serta tekanan pada inflasi pada bulan-bulan ke depan, Bank Indonesia memperkirakan inflasi untuk keseluruhan tahun 2008 akan berada pada kisaran 11,5–12,5%. Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) diperkirakan tetap menunjukkan kinerja yang baik sehingga berdampak positif terhadap kestabilan nilai tukar. Cadangan devisa sampai dengan akhir Juni 2008 tercatat USD 59,5 milyar atau setara dengan 5,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah. Sementara itu, industri perbankan tetap menunjukkan kinerja dan ketahanan yang baik.

Bank Indonesia akan tetap mewaspadai kondisi perekonomian yang masih diwarnai oleh berbagai ketidakpastian. Dewan Gubernur BI berpendapat bahwa stance kebijakan moneter yang berhati-hati dan terukur perlu tetap dipertahankan. Kebijakan BI Rate akan didukung dengan kebijakan optimalisasi Open Market Operation dan kebijakan yang mendukung stabilisasi nilai tukar.

Tidak ada komentar: